Kalaulah hidup di kehidupan yang kita jalani sekarang adalah proses pencarian, lantas apa yang kita cari? Apakah benar kita kehilangan sesuatu lantas kita mencari untuk mengenggamnya lagi? Atau kita hanya mengada-ada untuk menemukan sesuatu yang baru lantas meninggalkan beberapa keping diri kita?
Seuntai frame dialog dengan ruh kita, nyawa kita dimana otak dan pemikiran tidak menjangkau area ini karena siapapun didunia ini belum ada yang mengungkap dimana letak ruh itu berada. Dialog yang singkat tanpa kata tanpa suara, aneh memang ketika kita harus mempertanyakan eksistensi diri kita sendiri. Melihat seonggok jasad yang sehari-hari kita pinjam, kita exploitasi, kita siksa habis-habisan dari sudut pandang diluar jasad itu sendiri, ada rasa iba disana. Kita lantas menemui kita yang lain dan bertanya "Opo aku yo koyo ngono kui tenan ya Ku, Aku?" Disaat yang sama aku yang lain melihat pula dialog ini, "Lho aku kok nontoni aku sing lagi ngobrol mbe aku sing liyone".
Apapun konsepsi eksistensi dan pencarian itu, sekarang kalau boleh saya simpulkan adalah menemukan apa yang ditugaskan pada kita untuk dilakukan, dan hal ini tidak akan berhenti sebelum suatu saat kita meninggalkan dunia jasad yang kita kenal sekarang. Kepada penjaga malam, kutitipkan bintangku sementara waktu dalam penjagaanmu sebagai bentuk. Ketika terlesat cahaya yang menembus ruang waktu, terhubung dengan jaringan spektrum universal maka disanalah kutampung spektrumku mengekor dengan kekasihmu. Tak lupa sepercik kecil untuk bintangku agar ia tetap bersinar dalam sinergi cahaya untuk kutemui di langit mendung sekalipun.
Patemon, 24 Maret 2013

- Follow Us on Twitter!
- "Join Us on Facebook!
- RSS
Contact